Era New Normal yang mulai diterapkan dalam kehidupan dimasa pandemi Covid-19 saat ini, berdampak juga pada prosesi perayaan idul fitri tahun ini juga.
Begitu juga dengan tata cara sholat idul fitri beserta ibadah pasca Bulan Ramadhan, dimana mayoritas ulama Indonesia termasuk Muhammadiyah mengeluarkan fatwa agar umat islam melakukan sholat idul fitri dirumah.
Konversi suasana tersebut mendapatkan perhatian besar terutama masalah fiqih. Beberapa ustadz pun harus menggelar pengajian online melalui aplikasi video conference. Termasuk yang diselenggarakan oleh Khazanah Online yang mendatangkan ustadz dari Kabupaten Nunukan yang dikenal luas ahli dalam hukum Fiqih.
Beliau adalah ustadz Za'im Fathoni Afwan, S.Ag yang juga bekerja sebagai Penyuluh di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Nunukan. Dalam dialog interaktif yang digelar hari kamis (21/5) menggunakan aplikasi Zoom, ustadz Za'im memaparkan beberapa metode yang bisa dilakukan umat islam, agar syiar islam dihari raya idul fitri tetap terkampanyekan dengan baik.
"Jadi sebenarnya ke khawatiran itu bukan pada pelaksanaan sholatnya, tapi kerumunnya itu.menghindari kerumunan dalam jumlah yang banyak, jadi dilarang dimasjid maupun dilapangan. Berarti kalau tidak berkerumun yang banyak, boleh. Jadi kalau jumlahnya 10 sampai 20 orang, boleh itu. Maksudnya boleh diantisipasi daripada 100 orang atau 500 orang atau lebih banyak dari itu." terang Za'im.
Ia mengusulkan agar warga melakukan takbir dan tahmid idul fitri dihalaman rumah masing-masing "justru inilah tantangan kita, bagaimana tanpa berkumpul dilapangan, tanpa berkumpul dimasjid, tapi syiar islam itu tetap bergema. Jadi ini sebenarnya sudah membuktikan, bahwa sholat itu kalau difokuskan disatu tempat, kalau dilakukan dimasing-masing rumah, didepan rumah semuanya dalam satu kampung, kira-kira kita bisa bayangkan bagaimana gemanya. Saya kira lebih bergema lagi kalau masing-masing rumah, asal melakukannya jangan didalam, tapi dihalaman." ujar Zaim yang juga menjadi Wakil Ketua PD Muhammadiyah Nunukan.
"masing-masing rumah melakukan dihalamannya sambil bertakbir, kira-kira bagaimana. Itu dalam satu kompleks itu lebih bergema lagi, apalagi kalau mereka memusyawarahkan, kita mulai dipagi hari didepan rumah masing-masing jam 06.45 takbir, dengan suara yang agak keras, maka itu akan sangat bergema, bersahut-sahutan, berlomba-lomba untuk mengagungkan agama Allah SWT" terangnya lagi kepada partisipan video conference yang berlangsung sejak pukul 10 pagi.Ilustrasi Cluster Sholat Idul Fitri Dihalaman Rumah |
"Jangan sampai gara-gara ini (Corona) syiar islam menjadi redup, justru tempatnya pembuktian bahwa kita tidak bisa diapa-apain, mau rame tetap gemuruh, mau sepi tetap gemuruh. Mau dilakukan dirumah tetap bergema, dilakukan diluar rumah juga tetap bergema. Jadi itu semangat yang harus kita jaga. Jangan sampai kita menyiutkan semangat kita. Insya Allah kalau semua melakukan itu syiar islam tambah semakin berkembang, alhamdulillah." Tutupnya dalam sesi tanya jawab dengan partisipan dari Makassar.
"Jadwalnya harus diseragamkan, dan jangan sampai kedengaran banyak orang yang bisa mengundang orang datang kesitu, dan kemudian menjadi berkerumun, nah itu (berkerumun) yang dikhawatirkan oleh pemerintah." sambung sarannya kepada warga netizen.