Foto IMMawan Rahman Putra Dan IMMawan Ricky Septiandi
Fenomena Organisasi kemahasiswaan dewasa ini, masih banyak dilanda berbagai macam persoalan. Diantaranya karakter primordialisme sektarian yang mematikan komunikasi dan menghadirkan tindak represif. Kelemahan intelektual semakin nyata melahirkan kebuntuan nalar serta cara baca yang jauh dari realitas.
Organisasi kemahasiswa masih berada dalam kotak pemikiran yang ”sempit” dan ”tertutup”. Kebekuaan pemikiran masih menjadi ”teman sejati” yang menghasilkan kemunafikan dan kebusukan diantara satu sama lainnya. Pola pikir yang membeku inilah yang sering menyebabkan elit-elit mahasiswa berlaku seperti ”preman” yang beriman kepada kekerasan dalam setiap penyelesaian permasalahan yang dihadapi.
Dalam kondisi kronis seperti ini IMM sebagai gerakan kemahasiswaan atau gerakan intelektual harus tetap berada dalam garda depan pembaharuan pemikiran yang memberikan pencerahan bagi mahasiswa. gerakan intelektual harus menjadi ciri dan karakter yang melekat dalam tubuh Ikatan dan kelembagaan IMM. Untuk itulah dibutuhkan suatu gerakan baru dan strategi baru dalam melakoni gerakan Intelektual.
IMM harus tampil dan menancapkan suatu gagasan perubahan bahwa organisasi IMM yang bergerak di tingkat mahasiswa diperuntukkan untuk memberikan kesadaran secara intelektual dan akademis serta pembentukan integritas bagi kader-kadernya.
Salah satu alasan pembentukan IMM adalah untuk menciptakan daya kritis dan karakter seorang pejuang yang beriman kepada kebenaran dan keberpihakannya kepada nilai-nilai idealisme tanpa batas.
Nilai idealisme tersebut didapatkan melalui perenungan yang mendalam secara sadar dan berkesinambungan (Qs. 3:190). Kesinambungan perjuangan itulah yang kelak membentuk jiwa-jiwa manusia yang melaksanakan ritualisasi gerakan keberpihakan pada kebenaran, keadilan dan nilai kemanusiaan serta nilai keTuhanan.
IMM, pada intinya sudah menjadi suatu keharusan mengambil bagian dari fungsi sosial sebagai pemain dari peradaban profetik ditingkat mahasiswa. pada tataran idealnya IMM harus menjadi ruang yang sejuk dan penawar segala penyakit yang melanda mahasiswa ditingkat kampus serta menjadi pelopor utama dalam mendorong gerakan kemahasiswaan disegala levelnya.
Tentu hal ini bisa diperankan dengan baik jika kader-kader IMM memahami paradigma IMM dalam bergerak serta mengambil peran strategis ditubuh ikatan.
Paradigma gerakan IMM yang saya dimaksud disini adalah trilogi gerakan IMM. Yakni, gerakan intelektualitas, humanitas dan spritualitas. trilogi gerakan tersebut menuju pada muara gerakan pencapaian profil kader yang memiliki kompetensi dasar aqidah, kompetensi dasar intelektual, dan kompetensi dasar humanitas. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan.
Hal tersebut bisa tercapai kalau Trilogi gerakan ini berjalan seimbang dan beriringan dalam sebuah pengawalan kepemimpinan yang kuat dan utuh. Oleh karena itu pendidikan perkaderan seharusnya dirumuskan dalam kerangka mewujudkan kader cerdas yang berkarakter.
Bung Hatta menyampaikan bahwa “pendidikan bukan sekedar mencerdaskan. Mengantarkan seseorang menjadi cerdas adalah mudah, tapi membentuk kepribadian yang berkarakter teramat susah”. Terlebih bila karakter yang ingin dibentuk memiliki penguasaan atas paradigma yang dibangun berdasar pada: spiritualitas, intelektualitas dan Humanitas. Tiga dasar ini bukanlah sesuatu yang terpisah atau salah satu lebih unggul dari lainnya. Ia adalah kesatuan utuh karakter kader.
Ternyata kader Ikatan memang teramat cerdas merumuskan banyak hal, tapi kurang berkarakter dan menggigit dalam melakukan tindakan. Tidak semua anggota IMM adalah kader. Tidak semua kader adalah aktivis, sebagaimana tidak semua aktivis di dalam IMM bervisi kader.
Masa depan IMM berada di tangan kader-aktivis. Karakter kader aktivis dapat terbentuk dengan perumusan tafsiran baru atas spiritualitas, intelektualitas dan humanitas. Kebutuhan identitas karakter atas tiga pondasi tersebut mensyaratkan adanya kepaduan ideologis dan simbolis.
IMM disatu sisi bertanggung jawab pada mahasiswa dan pada sisi yang lain bertanggung jawab pada muhammadiyah, karena IMM adalah ortom Muhammadiyah yang tentunya memiliki relasi ideologis dengan Muhammadiyah yang telah mentanfidzkan diri sebagai “gerakan dakwah amar makruf nahi munkar” serta gerakan kultur.
IMM harus mendaulatkan komitmen untuk menopang perjuangan dan cita-cita sosial muhammadiyah. Dalam kerangka strategis gerakan muhammadiyah, IMM merupakan generasi intelektual dan tunas muda muhamadiyah pada jalur organisasi otonom.
Visi identitas dan konsepsi gerakan IMM merepresentasikan kepedulian gerakan sosial Muhammadiyah pada wilayah kemahasiswaan. Sinergitas gerakan ini mencerminkan proses transmisi intelektual kolektif, baik pada aras konsepsi organisasi maupun pada ranah perkembangan masyarakat kampus.
Elaborasi ideologis dan organisatoris IMM dan Muhammadiyah, mengharuskan IMM menjadi lokomotif, mobilisator dan motor penggerak serta pelopor dan pelangsung perjuangan Muhammadiyah.
Selamat berjuang IMMawan Ricky Setptiandi dan IMMawan Rahman Putra Sebagai Pengurus DPP IMM 2018-2020 Antum Dua Kader Kaltim yang sukses Sampai ke puncak Nasional, kami titipkan Marwah IMM Kaltim kepada antum sekalian. Mari tunjukkan bahwa IMM dengan tekad yang kuat, benar-benar berkhidmat untuk ummat, Buya Syafii Maarif juga pernah mengatakan, lanjut Rendy, Persyarikatan Muhammadiyah bukanlah organisasi politik, melainkan organisasi non-politik yang berorientasikan dakwah.
Buya Syafii mengasumsikan, lanjut Rendy, bahwa gerakan dakwah itu sifatnya merangkul, sedangkan gerakan politik itu sifanya memukul, yakni hanya menguntungkan satu pihak saja.
Penulis : Rendy Zulkarnain (Mantan Ketua DPC IMM Kota Balikpapan)