Khazanahonline.com - Menjadi Religius Membuat Tidak Open Minded. Benarkah? Dalam bukunya berjudul Jas Mewah, Dr Tiar Bachtiar Anwar menulis, “Kemodernan Eropa terbit setelah Eropa berinteraksi dengan Islam.”Memang, peradaban Romawi serta masuknya Nasrani tidak mampu menginisiasi “European reborn” dengan renaissance-nya. Bahkan begitu otoriternya pemangku otoritas agama di Eropa, sains sampai-sampai dianggap heresy (bidah) dan blasphemous (pelecehan agama). Inilah the Dark Ages.
Namun, bukankah Eropa juga dibangun di atas ide-ide Yunani? Benar, namun penting untuk dicatat, Eropa menyerap ilmu dari Yunani via umat Islam. "Islam mengajarkan Eropa bagaimana berpikir rasional dan ilmiah," [Tiar Bachtiar, Jas Mewah. Hal, 30].
Tidak berlebihan jika dikatakan Islam membuka isi kepala Eropa dari isolationalistic dan warmonger menjadi scientific dan civilized. Islam widened and expanded the horizon of the western civilization.
Sejarah memang tidak melulu tentang romantisme, atau"reminiscing" tentang betapa hutang barat terhadap Islam tidak akan pernah bisa terbayarkan. Namun sejarah itu bukan saja sekedar bermanfaat, namun ia membentuk masa sekarang.
Maka ketika Anda wahai saudaraku muslim, ketika seorang menyangka Anda tidak open minded karena Anda begitu religius, maka di sanalah Anda menyaksikan krisis identitas dan minimnya pengetahuan sejarah bagi kebanyakan manusia, bahkan bagi mereka yang mengaku "berpikiran terbuka". Islam dari nature nya selalu "open minded", tetapi tidak "free minded".
Jadi, apakah kita siap meredifinisi, apa sih "open minded" itu bro?
Penulis: Wisnu Tanggap Prabowo